1. Pertanyaan :
Apa yang terjadi dengan nilai tukar kita saat ini ?
Jawab :
Jawab :
JAKARTA –
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi
belakangan ini menjadi perhatian pemerintah. Pasalnya, kebijakan-kebijakan yang
sudah dikeluarkan oleh pemerintah dan instansi terkait sepertinya belum
menunjukan dampak yang positif terhadap nilai tukar rupiah.
Ketua umum Ikatan
Bankir Indonesia (IBI) Zulkifli Zaini mengatakan, gejolak ekonomi yang terjadi
saat ini memrupakan karena adanya faktor eksternal yakni kebijakan the Fed.
Melihat kondisi tersebut, Zulkifli pun
mengusulkan agar rupiah kembali menguat maka pemerintah diminta mencontoh
negara Thailand.
Dia
mengungkapkan, Indonesia harus bisa mencontoh Thailand. Menurutnya, saat ini di
Thailand memiliki ketentuan terkait dengan devisa hasil ekspor (DHE) seperti
apa yang dimiliki indonesia saat ini. Akan tetapi, di thailand memiliki sana
ada kewajiban dari para eksportir untuk menukar hasil ekspornya (dolar)
tersebut kedalam mata uang thailand (bath).
“ di thailand itu
ada ketentuan DHE sama seperti apa yangn kita miliki, tapi tambahannya bahwa di
Thailand itu ada kewajiban dari eksportir itu untuk menukar hasil ekspormya itu
dalam dalam hal dolar menjadi mata uang bath (mata uang lokal) itu yang bisa saya
sampaikan, bahwa mungkin ini solusi buat kita kedepannya dalam mengahadapi
pelemahan rupiah, “ ujar Zulkifli saar RDP masuk calon DGS di komisi XI DPR-RI,
Jakarta, senin (2/9/2013) malam.
Mantan
Direktur Utama Bank Mandiri ini menambahakan, jika hal tersebut bisa dilakukan,
maka ada kemungkinan rupiah akan berada di posisi aman. Karena saat ini
dibank-bank di Indonesia tidaklah ditukar kedalam kurs mata uang Indonesia.
“
mereka itu menunggu sampai kursnya itu sesuai dengan harapan mereka, dan kalau saat
ini, saat ekspektasi dipasarkan adalah bahwa rupiahnya kedepan melemah, jadi
kalau mimsalnnya bisa dapat Rp. 12.000 per USD besok, kenapa mesti tukar hari
ini yang Rp. 11.500 per USD misalnya,
“tukas Zulkifli.
Sementara
itu untuk jangka waktu yang diterapkan berkisar 6-9 bulan. Menurutnya, jika ini
bisa diterapkan diIndonesia maka nilai akan efektif sekali, mengingat saat ini
di Thailand pun bisa menjaga kurs jual nilai mata uangnya diposisi yang cukup
terbilang stabil.
“ Jadi
ditanggalkan hasil ekspor itu kemudian uangnya masuk kemudian itu harus ditukar
ke mata uang lokal mereka dan saya rasa ini cukup efectif, karena semua hasil
ekspor di Thailand sana itu ditukarkan
ke mata uang mereka, “ tutup Zulkifli. (wan) (wdi).
2.
Pertanyaan : Apa yang dapat mempegaruhi nilai Tukar ?
Jawaban :
1. Tingkat inflasi
Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Contoh: jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap produk relatif mengalami penurunan.
Rasio uang dalam daya beli (paritas daya beli) berfungsi sebagai titik nilai tukar yang mencerminkan hukum nilai.Itulah mengapa tingkat inflasi berdampak pada nilai tukar.Peningkatan inflasi di suatu negara mengarah pada penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya. Penyusutan inflasi uang di dalam negeri akan mengurangi daya beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan nilai tukar mata uang mereka terhadap mata uang negara-negara di mana tingkat inflasi yang lebih rendah.
2. Aktifitas neraca pembayaran.
Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Contoh: jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap produk relatif mengalami penurunan.
Rasio uang dalam daya beli (paritas daya beli) berfungsi sebagai titik nilai tukar yang mencerminkan hukum nilai.Itulah mengapa tingkat inflasi berdampak pada nilai tukar.Peningkatan inflasi di suatu negara mengarah pada penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya. Penyusutan inflasi uang di dalam negeri akan mengurangi daya beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan nilai tukar mata uang mereka terhadap mata uang negara-negara di mana tingkat inflasi yang lebih rendah.
2. Aktifitas neraca pembayaran.
Neraca pembayaran secara langsung mempengaruhi nilai tukar. Dengan
demikian, neraca pembayaran aktif meningkatkan mata uang nasional dengan
meningkatnya permintaan dari debitur asing.Saldo pembayaran yang pasif
menyebabkan kecenderungan penurunan nilai tukar mata uang nasional sebagai
seorang debitur dalam negeri mencoba untuk menjual semuanya menggunakan mata
uang asing untuk membayar kembali kewajiban eksternal mereka.Ukuran dampak
neraca pembayaran pada nilai tukar ditentukan oleh tingkat keterbukaan
ekonomi.Contoh, efek dari perubahan tarif, pembatasan impor, kuota perdagangan,
subsidi ekspor berdampak pada neraca perdagangan. Ketika keseimbangan positif
dalam perdagangan ada di muka terdapat peningkatan permintaan untuk mata uang
negara yang meningkatkan laju, dan dalam hal keseimbangan negatif proses
sebaliknya terjadi. Pergerakan modal jangka pendek dan jangka panjang
bergantung pada tingkat suku bunga domestik, pembatasan atau mendorong impor
dan ekspor modal.
3. Perbedaan suku bunga diberbagai negara.
3. Perbedaan suku bunga diberbagai negara.
Perubahan tingkat suku bunga di suatu negara akan mempengaruhi arus modal internasional. Pada prinsipnya, kenaikan suku bunga akan merangsang masuknya modal asing Itulah sebabnya di negara dengan modal lebih tinggi tingkat suku bunga masuk, permintaan untuk meningkatkan mata uang, dan itu menjadi mahal. Pergerakan modal, terutama spekulatif “uang panas” meningkatkan ketidakstabilan neraca pembayaran.
Suku bunga mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang. Ketika melakukan transaksi, bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga di pasar modal nasional dan global dengan pandangan yang berasal dari laba. Mereka lebih memilih untuk mendapatkan pinjaman lebih murah di pasar uang asing, dimana tingkat lebih rendah, dan tempat mata uang asing di pasar kredit domestik, jika tingkat bunga yang lebih tinggi. Di sisi lain, kenaikan nominal suku bunga di suatu negara menurunkan permintaan untuk mata uang domestik sebagai tanda terima kredit yang mahal untuk bisnis. Dalam hal mengambil pinjaman, pengusaha meningkatkan biaya produk mereka yang, pada gilirannya, menyebabkan tingginya harga barang dalam negeri.Hal ini relatif mengurangi nilai mata uang nasional terhadap satu negara
4. Tingkat pendapatan relatif.
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar
mata uang asing adalah laju pertumbuhan pendapatan terhadap harga-harga luar
negeri. Laju pertumbuhan pendapatan dalam negeri diperkirakan akan melemahkan
kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan
permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia.
5. Kontrol pemerintah.
5. Kontrol pemerintah.
Kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal termasuk :
a. Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing.
b. Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri.
c. Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang.
Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah :
a. Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang bersangkutan.
b. Untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang ditentukan.
c. Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara.
d. Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat
suku bunga dan tingkat pendapatan
6.Ekspektasi
Faktor terakhir yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena memperkirakan nilai Dollar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai tukar Dollar dalam pas
6.Ekspektasi
Faktor terakhir yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena memperkirakan nilai Dollar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai tukar Dollar dalam pas
3.
Pertanyaan : Bagaimana peranan Bank Indonesia dalam
perekonomian negara ?
Jawaban :
PERAN BANK INDONESIA DALAM
STABILITAS KEUANGAN
Sebagai
otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia
tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan
(perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga
stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan
banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan.Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap
stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar
yang mendasari efektivitas kebijakan moneter.Sistem keuangan merupakan salah
satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan
sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara
normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan
mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem
keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan
juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.
Pertanyaannya,
bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem keuangan?
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan
instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:
Pertama, Bank Indonesia memiliki
tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga
dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan
kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan
stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek
ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat,
akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya.Oleh
karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah
menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflationtargeting
framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital
dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya
perbankan.Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan
regulasi.
Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang
dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat
menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian.Untuk mencegah
terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang
efektif haruslah ditegakkan.Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam
pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement)
harus dijalankan.Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan
disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh.Sementara itu,
upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi
perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem
keuangan.Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan,
Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur
Perbankan Indonesia dan
rencana implementasi
Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki
kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar
(failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem
pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu
kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang
bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang
bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk
mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat.
Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifatreal time
atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang
dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas
dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk
mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam
riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai
mengancam stabilitas keuangan.Melalui pemantauan secara macroprudential,
Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi
potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem
keuangan.Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan
indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan.
Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi
otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam
gangguan dalam sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki
fungsi sebagai jaring pengaman
sistim keuangan
melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort
(LoLR).Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank
sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan
sistem keuangan.Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi
normal maupun krisis.Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi
masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat
sistemik.Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami
kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar
kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus
menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko
sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan
likuiditas tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar